[Wedding Story] Seserahan

Hai! Masih terkait persiapan menikah, kali ini aku mau bahas tentang seserahan.

Seserahan, sesuai definisinya, merupakan penyerahan sesuatu sebagai tanda ikatan untuk kedua calon pengantin (KBBI). Kabarnya, ini juga sebagai simbol bahwa calon suami siap untuk memenuhi kebutuhan istrinya kelak. Karena itu, isi seserahan ini umumnya merupakan keperluan dari rambut hingga kaki.

Kapan seserahan diberikan?

Perlu diketahui dulu, budaya terkait waktu pemberian seserahan ini bisa berbeda-beda ya. Ada yang memberikan seserahan ketika lamaran, ada yang ketika hari pernikahan, ada juga yang dua kali yaitu ketika lamaran dan pernikahan. Bahkan, kalau nggak salah, semisal sehari sebelum menikah ada acara (seperti midodareni), pemberian seserahan juga bisa dilakukan pada acara tersebut (jadi saat hari-H pernikahan udah nggak perlu bawa seserahan lagi). 

Kalau ada dana lebih, seserahan bisa diberikan dua kali. Kalau mau memberikan satu kali dan memilih memberikan seserahan ketika lamaran, ini bisa membuat kedua calon pengantin udah nggak perlu repot-repot memikirkan persoalan seserahan ini menjelang pernikahan. Waktu dan tenaga bisa dialihkan untuk mempersiapkan kebutuhan lain seperti undangan, tempat, dekorasi, dan lain-lain. Nah, kalau aku, seserahan diberikan saat hari-H pernikahan. Jadi, keluarga calon pengantin putra datang ke lokasi pernikahan sembari membawa seserahan, yang kemudian diterima oleh keluargaku. Ini dilakukan sebelum akad, ya.

Pemilihan waktu ini kembali pada keputusan kedua calon pengantin dan/atau keluarga. Sesuaikan dengan kebutuhan, budaya masing-masing, dan juga budget. 

Apakah perlu seserahan untuk mempelai pria?

Ini bergantung pada budaya masing-masing, ya. Kadang, aku lihat ada catin putri yang juga memberikan seserahan pada suaminya. Isinya biasanya nggak sekompleks seserahan untuk perempuan. Mungkin bisa baju, sepatu, ikat pinggang, dan sejenisnya. Tapi, akhirnya aku nggak pakai ini. 

Lalu, bagaimana teknis pembelian seserahan ini?

Sekarang ini, kayaknya kebanyakan calon mempelai perempuan akan membeli barang seserahan sendiri, ya, agar benar-benar terpakai sesuai kebutuhan dan selera. Aku pun demikian. Nanti, tinggal bilang aja ke calon suami totalnya sekian, biar diganti hehe. Atau kebalikannya, nih, yaitu calon suami kasih dana di awal ke calon istrinya. Nantinya, calon istri ini yang mengalokasikan uangnya untuk beli apa saja.

 Ada juga yang beli barang bareng, biar bisa dapat masukan langsung dari calon suami. Kalau aku, hampir semuanya dibeli secara daring. Ini preferensi pribadi aja ya, karena aku memang lebih suka belanja online karena lebih praktis dan umumnya bisa dapat harga di bawah harga beli langsung. Haha. Kalau mau minta pendapat calon suami, tinggal screenshoot aja lalu kirim pesan. Nah, biar tercatat dan terpantau, aku bikin spreadsheet yang bisa diakses bareng olehku dan calon suami. Isinya adalah daftar barang yang aku cicil beli (yap, aku nggak beli langsung dalam 1 waktu ya, melainkan dicicil) beserta harganya.

Btw, aku kurang paham apakah masih ada yang seserahannya benar-benar dipilihkan oleh keluarga calon mempelai pria. Hmm, di sekitar lingkungan kalian gimana?

DIY kotak seserahan atau sewa box?

Bikin & hias kotak seserahan sendiri bukan hal mustahil buat dilakukan. Banyak yang demikian! Hihi. Seru juga kan ya bisa dekor isi kotak sendiri sesuai kemauan. Pertimbangannya apa? Kadang, biar bisa jadi lebih cepat atau untuk menekan biaya (Bisa jadi slot jasa hias seserahan udah penuh duluan kalau booking-nya terlalu mepet. Kalau pun bisa, mungkin biayanya jadi lebih mahal.)

Awalnya, aku pengin DIY juga. Tapi, kepikiran juga bahwa di rumah sama sekali nggak punya bahan-bahan yang dibutuhkan, jadi harus beli semuanya. Kalau udah beli, nantinya nggak kepakai lagi. Takut mubadzir. Akhirnya aku lebih memilih untuk sewa box aja.

Nah, apa saja kebutuhan untuk isi seserahan?

Seperti yang aku tulis di awal, singkatnya isi seserahan adalah keperluan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kadang-kadang, ada juga yang ditambah dengan special request dari calon pengantin putri. Misalnya, aku pernah lihat ada yang seserahannya termasuk buku-buku dan alat jahit.

Selanjutnya aku akan share isi seserahan versiku, ya. Perlu dicatat bahwa ini bukan patokan, karena isi seserahan bisa berbeda-beda. Sesuaikan aja dengan kebutuhan. Ini cuma gambaran aja, ya.

Sebagian seserahanku.

1. Al-Qur'an dan perlengkapan shalat (mukena, sajadah, dan tasbih)

Untuk teman-teman yang beragama Islam, ini udah pasti ada di setiap seserahan. Kalau aku, perlengkapan shalat ini sekaligus jadi mahar juga, ya. Menurut suami, pemberian perlengkapan shalat dan Al-Qur'an ini maknanya berat dan besar, karena berarti suami siap untuk membimbing istrinya dalam hal agama (shalat dan mengaji).

Oh iya, kalau nggak salah, ketika ada yang mau memberikan seserahan dua kali, perlengkapan shalat ini cukup diberikan di seserahan yang terakhir kali aja. Koreksi kalau salah, ya.

2. Perhiasan (kalung, gelang, anting)

Aku pakai seserahan perhiasan juga, ya. Ini nggak mesti ada, kok. Kalau mau beli pun variasinya bisa disesuaikan keinginan masing-masing, karena kadar perhiasan emas juga beda-beda. Set perhiasan ini tanpa cincin, karena cincin merupakan kebutuhan terpisah di luar seserahan ini.

3. Make up

Versiku, ini disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi bukan benar-benar satu set make up komplit. Kalau nggak salah, aku beli BB cream, bedak, eyebrow product, setting spray, mascara, eyeliner, beauty blender, face pallete, dan lip cream.

4. Skin care

Prinsipnya kayak make up, ya. Sesuaikan dengan kebutuhan. Kalau bisa memang brand yang biasa dipakai atau memang ditargetkan mau dicoba. Isinya cleanser, moisturizer, sunscreen, serum, masker, dan lain-lain.

5. Satu set kebaya (atasan, bawahan, kerudung)

Highlight dari seserahan ini biasanya adalah "perlengkapan/baju pesta". Aku pesan satu set (atasan kebaya & bawahan batik) bareng sama kemeja batik. Jadi, ceritanya biar jadi baju couple sekalian (tapi kemeja batik nggak aku masukkan ke kotak seserahan). Kerudungnya aku beli terpisah, menyesuaikan warna aja.

Kadang, ada juga yang ngasih dalam bentuk kain yang belum dijahit. Kalau seserahan diberikan saat lamaran, kain ini bisa dijahit untuk keperluan pernikahan (misalnya untuk gaun pernikahan, atau mungkin dipakai sebagai baju alternatif setelah acara selesai tapi masih mau menerima tamu).

6. Sepatu dan tas

Sepatu dan tas ini aku sesuaikan juga sama kebaya biar senada. Jadi isinya sepatu dan tas pesta juga. Aku cari yang memang belum aku punya dan bisa benar-benar kepakai nantinya. Aku cuma pakai satu sepatu dan satu tas, ya. Kadang, untuk catin lain, jumlah tas dan sepatu ini bisa lebih dari satu. Misalnya, ada tas pesta dan tas kerja, lalu ada sepatu pesta dan sepatu formal. Atau mau sepatu kasual? 

7. Baju tidur dan underwear

Ini isinya baju tidur kimono dan satu set underwear. 

8. Handuk dan peralatan mandi

Handuknya satu atau dua? Bebas. Satu aja juga cukup. Versiku, aku pakai dua handuk yang udah dibordir nama, dan dua-duanya masuk ke dalam kotak seserahan. Untuk perlengkapan mandi, isinya cukup sabun, sampo, dan lotion aja.

Seserahanku totalnya ada 8 box. Sebetulnya, barang yang aku siapkan awalnya lebih banyak dari yang akhirnya masuk ke kotak. Ini karena ada keterbatasan ruang dalam box berdasarkan tema dekorasi yang aku pilih. Aku pilih tema rustic, dan untuk tema ini, ternyata nggak bisa dipenuhi banyak barang (ini versi tempat sewa box yang aku pilih, mungkin tempat lain bisa beda). Kalau pun mau dipakai semua, bisa aja tapi jumlah box-nya harus ditambah. Karena menurutku 8 box udah banyak (kalau lebih banyak nanti repot bawanya) dan mau ngirit, akhirnya barangnya aja yang aku kurangi. Haha. Sebagian skin care, peralatan mandi, dan perintilan lain akhirnya nggak diikutkan masuk ke dalam box.

Intinya aku menyarankan beli secukupnya aja sesuai kebutuhan dan pilih barang yang pasti ke depannya kepakai. Esensi dari pernikahan bukan di seserahannya kok.πŸ’

[Wedding Story] Pendaftaran Menikah: Catatan Tambahan

Kapan sebaiknya mulai mengurus pendaftaran KUA?

Semakin awal semakin baik. Apalagi, kalau targetnya adalah tanggal cantik. Ini balik lagi ke kebutuhan, ya.

Meski bukan tanggal cantik pun, bukan berarti lalu santai-santai dan urus mepet. Haha. Yang pasti, catin akan ditanya detail tanggal dan waktu untuk keperluan pencatatan. Aku kurang paham tiap KUA bisa melayani berapa kali akad dalam sehari. Tapi, pasti ada batas maksimalnya. Pokoknya, kalau udah ada tanggal pernikahan yang disetujui kedua keluarga, teman-teman bisa mulai tanya-tanya aja, karena ada potensi slot penuh di tanggal yang mau dipilih.

Selain itu, ini juga berpengaruh ke pemilihan waktu (spesifik jam). Kalau dari awal teman-teman udah punya target waktu tertentu berdasarkan pertimbangan, tentunya baiknya disampaikan jauh-jauh hari biar nggak berebut dengan catin lain.

Di kasusku, sekitar H-5 bulan aku memang udah mulai tanya-tanya soal pengurusan pendaftaran. Nah, saat itu aku udah ngasih tanggal juga, dan perkiraan jam akad. Apa udah ada pendaftar lain untuk bulan tersebut? Belum. Seingatku, pendaftar terdekat adalah catin bulan Mei, sementara aku di awal Juni.

Dalam prosesnya, aku sempat ubah pemilihan jam, menjadi mundur 1 jam dari pilihan awal. Sayangnya, ternyata perubahan itu nggak kecatat... Ketika akhirnya aku konfirmasi ulang (aku lupa ini sekitar H-2 bulan atau H-1 bulan), baru ketahuan kalau pilihan yang tercatat oleh pihak KUA adalah pilihan awal banget. Dan saat itu udah nggak bisa diubah karena jadwal udah penuh. Bahkan, kabarnya ada catin lain yang pengin ambil jam pagi kayak pilihan awalku, tapi nggak bisa, akhirnya catin tersebut ambil akad agak siang. Anyway, tanggal nikahku itu di hari Minggu. Mungkin ini berpengaruh juga, jadi banyak yang nikah di hari itu.

Jadi, wajib banget buat memastikan soal tanggal dan jam ini ke pihak KUA, ya. Kalau memang ada perubahan, pastikan berulang kali, dan pastikan juga udah benar-benar tercatat. Nggak apa-apa agak bawel dikit demi kelancaran acara.

[Wedding Story] Pendaftaran Menikah

Persiapan menikah paling krusial? Tentunya mengurus pendaftaran nikah ke KUA, dong. Biar tenang dan pas hari-H sah secara agama & hukum. πŸ˜‰

Aku udah mulai tanya-tanya soal ini sejak 5 bulan sebelum nikah. Berdasarkan informasi dari beberapa teman, kurang lebih prosesnya mirip dengan penjelasan di ppid.semarangkota.go.id (Cara Mendapatkan Surat Nikah). Intinya, di awal, surat pengantar dari RT RW dibawa ke kelurahan untuk mendapatkan isian blangko N1-N4. Nantinya blangko itu dibawa ke KUA, dan proses selanjutnya dilakukan di sana.

Apakah sesuai? Nggak... Mungkin tiap kecamatan masih beda, ya. Padahal menurutku prosedur di web PPID udah jelas.

Jadi, suatu hari aku ke kelurahan sendiri. tanya proses pendaftaran nikah ke salah satu staf, untuk memastikan aja sih betul nggak alurnya sesuai di web. Beliau memberi tahu daftar dokumen yang dibutuhkan sambil menjelaskan kalau nantinya itu akan dibantu urus oleh Pak Modin ke KUA. Pak Modin ini adalah sosok yang memang sering bantu pengurusan dokumen pernikahan di daerah sini.

Karena kurang yakin dengan daftar dokumen yang diperlukan, di rumah aku bilang ke ortu untuk tanya langsung ke Pak Modin. Kebetulan, rumah beliau nggak jauh, dan Bapak kenal juga.

Dari beliau, daftar dokumen yang perlu diberikan calon pengantin putri:

  • Fotokopi KK
  • Fotokopi KTP calon pengantin
  • Fotokopi KTP ayah, ibu, saksi
  • Fotokopi akte kelahiran
  • Fotokopi ijazah
  • Fotokopi surat nikah orang tua
  • Fotokopi surat keterangan imunisasi (TT)
  • Pasfoto 2x3 (5 lembar), 3x4 (1 lembar), 4x6 (1 lembar)
  • Surat pengantar RW

Untuk calon pengantin putra, harus ngurus dokumen sendiri juga. Ini konteksnya nikahnya di tempatku ya. Jadi mas calon ngurus juga buat dapetin dokumen-dokumen yang kemudian aku bawa ke Pak Modin. Plus fotokopi-fotokopi dokumen yang kurang lebih sama kayak punyaku + pasfoto catin putra juga.


Setelah semua dokumen lengkap dan diserahkan, aku cuma tinggal nunggu aja. Kalau nggak salah, 2 bulan sebelum hari H udah lengkap semua. Selebihnya, pengurusan dokumen N1-N4 itu dibantu urus oleh Pak Modin berdasarkan dokumen yang aku berikan.

Menjelang Pernikahan

Sekitar H-1 bulan, aku & ortu sempat beberapa kali ke rumah Pak Modin lagi buat nanyain perkembangannya. Apakah ada yang dibutuhkan lagi atau gimana.

Nah, sempat ada kendala di sini... Suatu kali, kami dapat info kalau menjelang hari-H, capeng putri & capeng putra harus hadir bersama wali ke KUA secara langsung. Kendalanya, mas calon waktu itu udah dapat penempatan CPNS yang cukup jauh dari Semarang, dan posisinya sedang pelatihan dasar (latsar) CPNS. Aturan latsarnya cukup ketat. Dari awal, jatah bolos/izin direncanakan untuk digunakan pas nikah (karena latsar masih berlangsung sampai saat itu).

Aku & keluarga sempat bolak-balik beberapa kali ke staf KUA & Pak Modin. Bahkan sempat ngajuin, bisa nggak hadir lewat video aja? (Kalau konteks "wajib hadir"-nya untuk bimbingan menikah, menurutku lewat video juga nggak jadi penghalang). Atau, kalau ada dokumen yang perlu ditandatangani, bisa ditunda sampai hari H.

Aku juga tanya-tanya ke teman yang udah pernah nikah, apakah catin wajib hadir dua-duanya? Secara aturan, kayaknya betul ya bahwa sebaiknya hadir dua-duanya untuk diberi penjelasan/bimbingan tentang menikah. Tapi berdasarkan pengalaman teman-teman, ada juga yang bisa mengurus tanpa kehadiran langsung catin putra. Bahkan ada juga yang catin putri & putranya nggak hadir sama sekali ke KUA selama proses persiapan (karena terkendala jarak). Semuanya bisa diurus oleh ortu pihak carin putri. Ini hasil aku tanya ke teman-teman yang di Semarang maupun non Semarang, ya.

Tapi, alhamdulillah kendala ini bisa teratasi dengan baik. Detailnya nggak aku ceritakan di sini, japri aja ya kalau mau sharing. πŸ˜‚ Oiya, ketika di KUA, ternyata aku nggak dapat bimbingan menikah gitu.. melainkan lebih ke arah pengecekan data dan tanda tangan sejumlah dokumen.

Itu proses terakhir pengurusan pendaftaran. Jangan lupa, pas pertemuan terakhir itu, pastikan kembali lokasi, jam, dan tanggal akad ya ke bapak penghulu.

Setelah itu, tinggal menunggu hari-H aja. Nggak ribet, kan, prosesnya?πŸ˜„

[Wedding Story] Setelah Lamaran

Setelah lamaran, apa selanjutnya?

Yak, menentukan tanggal.

Ketika proses lamaran, tanggal menikah memang belum pasti. Jadi, baru dibahas setelahnya.

Di keluarga besarku, penentuan tanggal menikah masih pakai hitungan Jawa dari tanggal lahir kedua calon pengantin. Aku kurang paham detailnya karena yang bantu hitung adalah Mbah (bapaknya Ibu). Setahuku, proses hitungan ini pun bisa beda-beda ya tiap orang. Ada yang hanya berpatokan ke tanggal lahir, ada juga yang ditambah aspek lain misal tanggal lahir orang tua, arah rumah menghadap mana, dll.

Alhamdulillah, di keluargaku, tanggalnya cukup fleksibel. Bukan saklek harus banget tanggal ini. Jadi, muncul beberapa opsi di bulan-bulan yang berbeda. Yang paling aku syukuri kemudian, semua opsi tanggalnya adalah hari Minggu, bukan hari kerja. Ini membantu banget karena jarak tempat tinggalku & keluarga besar calon suami jauh banget. Bakal repot kalau hari kerja. Apalagi, keluarga calon suami nggak memakai hitungan Jawa kayak gini.

Dalam proses memilih tanggal, aku sempat minta pendapat ke calon suami. Lalu, orang tuaku pun sempat menghubungi orang tua calon suami untuk menyampaikan bahwa dari keluarga besar kami bisanya tanggal sekian bulan sekian.

Nah, setelah ada tanggal pasti, keluargaku gantian berkunjung ke rumah keluarga calon suami di Jember. Nggak banyak orang, sih.. hanya keluarga inti, beserta Pakdhe & Budhe. Tujuan kunjungan ini silaturahmi, sekaligus menginformasikan tanggal pernikahan secara langsung.

Tentunya proses aktualnya panjang, ya, dibanding yang tercantum di sini. Karena ini melibatkan dua keluarga besar yang juga punya kepentingan masing-masing. Belum lagi kekhawatiran karena overthinking memikirkan ini itu. Tapi, ini kan proses menuju salah satu ibadah. Karena niat dan tujuannya baik, nantinya akan dituntun juga, kok.

Untuk teman-teman yang sedang atau akan merencanakan pernikahan, semoga proses penentuan tanggalnya berjalan lancar dan kedua belah pihak keluarga setuju tanpa banyak kendala, ya. Aku paham tiap keluarga punya caranya masing-masing. Pelan-pelan aja.
Masjid yang kami singgahi dalam perjalanan.

 Silaturahmi ke rumah calon mertua untuk pertama kalinya. 

Keluargaku sama sekali belum pernah ke Jember. Kami hanya mengandalkan Google Maps selama perjalanan. Kami sampai sekitar pukul 07.00 WIB. Karena masih ada waktu sampai waktu check in penginapan, kami jalan-jalan ke pantai di Jember, yaitu Pantai Papuma dan Pantai Watu Ulo.

Kedua pantai ini ada di satu daerah yang sama. Kalau mau ke Papuma, pasti harus melewati Watu Ulo. Papuma jauh lebih ramai dibanding Watu Ulo. Ombaknya pun lebih kencang, ya. Kami sempat ditegur pengurus pantai untuk geser ke bagian tengah pantai aja (awalnya kami memang berada agak di pinggir, dekat batu-batu). Ombak di tengah pantai cenderung lebih kecil dibanding di pinggir, jadi lebih aman.

Btw, karena keasyikan main air, HP-ku sempat nyemplung ke air laut dan hampir kebawa arus. Untungnya berhasil ditangkap Pakdhe. Tapi... HP-nya mati total. Sorenya setelah check in penginapan dan istirahat sebentar, aku minta tolong calon suami untuk bawa ponsel itu ke konter reparasi. Tapi, menurut penjaga konter, prosesnya butuh waktu lama. Sementara, aku dan keluarga berencana pulang keesokan siangnya. Akhirnya, untuk sementara aku pinjam hp adek sebagai alternatif darurat. HP-nya batal direparasi. Agak sedih ya, rasanya kurang tenang selama istirahat dari siang sampai malam. Padahal, hari itu memang sengaja diperuntukkan sebagai hari istirahat setelah perjalanan jauh.

Paginya, kami check out penginapan dan berangkat menuju rumah keluarga calon suami. Alhamdulillah, kami disambut hangat. Banyak keluarga besar yang ikut hadir. Menjelang siang, kami pamit pulang. Keluarga mas calon suami ngasih banyak oleh-oleh untuk dibawa pulang. Dari sana, kami langsung menuju Semarang lagi.

HP-nya? Nggak tertolong. Di Semarang, HP-nya sempat dibawa ke konter juga tapi katanya nggak bisa diperbaiki lagi. Akhirnya beli ponsel langsung ke toko karena butuh penggantinya secepat mungkin buat kerja dll.

Beberapa hari setelahnya pun keluargaku sempat berduka karena Mbah Lanang dari keluarga Bapak (bapaknya Bapak) meninggal dunia. Pokoknya, hari-hari di akhir 2020 itu terasa sibuk banget..
Pantai Papuma

[Wedding Story] Cerita Lamaran (2): Cincin

cincin.

cincin lamaran ini kami beli langsung (waktu itu belum pandemi) di toko emas semar nusantara semarang, karena sepertinya ini toko besar dan banyak pilihan. awalnya pengin pesan daring, tapi takut nggak keburu.

btw, toko emas tuh rame banget ya.. bener-bener banyak orang di semua area. sebagai orang yang lebih suka belanja online, pergi ke toko emas menurutku menguras energi banget.

untuk cincin lamaran, dari awal aku emang mau pilih yang warna emas asli aja, bukan yang putih. sebetulnya menurutku pilihan modelnya kebanyakan kurang sesuai selera (untuk yang kadarnya agak tinggi, karena ada beberapa pilihan kadar emasnya). tapi karena butuh dan males kalau cari toko lain, berusaha pilih yang tercantik, di antaranya yang ada.

tukar cincin nggak pas lamaran? iya.. tapi cincin laki-laki dibeli via online, karena mau beli yang silver (kan laki-laki nggak boleh pakai emas). belinya di spilla jewelry, ya. selain dengan transaksi via online, ada store yang bisa didatangi juga kok kalau mau sekalian nyoba ukuran cincin mereka dan lihat beberapa contoh cincinnya.

untuk cincin silver, pembuatannya jauh lebih singkat daripada cincin emas atau palladium, jadi masih terjangkau waktunya. kurang lebih 2 mingguan ya, tapi seingatku jadinya lebih cepat.

cincinnya nggak model couple dong? mm, untuk cincin laki-laki, kami belinya yang polos dan ada bagian yang berlapis warna emas, biar lumayan nyambung sama cincin yang aku beli. meskipun ujung-ujungnya cincinnya nggak dipakai juga sih.

kalau teman-teman mau beli cincin dan kebetulan masih ada waktu panjang, aku lebih menyarankan beli online aja di toko yang memang bisa custom. karena kalau beli langsung, pilihannya terbatas. bisa jadi kalian suka modelnya, tapi nggak ada ukuran yang pas (pengalaman waktu itu, toko emas yang kudatangi nggak bisa resize cincin). lalu, meskipun bisa request untuk tambah ukiran nama, menurutku ukirannya lebih cantik ketika custom online ke toko yang memang spesialis di cincin custom. jumlah hurufnya pun lebih terbatas dibanding custom online (mungkin karena cincinnya udah jadi duluan, jadi sulit).

[Wedding Story] Cerita Lamaran (1): Bunga & Dekorasi

cerita lamaran. 

merencanakan lamaran (yang tentunya mengarah ke pernikahan) tuh jadi obrolan biasa sehari-hari. maksudnya nggak ada momen khusus "will you marry me?" di tempat spesial sambil ngasih cincin. omong-omong soal melamar, adegan paling nyantol di kepalaku adalah ketika remi melamar kugy di pinggir pantai (film "perahu kertas"). ada suasana nyaman, ada pemandangan yang indah banget, dan ada debur ombak pelan. perfect moment for a couple. tapi, hati kugy nggak di sana. masih kebayang raut muka canggungnya ketika remi jongkok buat ngasih cincin..

yah, pada akhirnya, bukan tempatnya. bukan suasananya. bukan makanannya. tapi, orangnya.

kalau versiku, setelah dijadikan obrolan secara berkala, sempat ada momen di mana dia datang ke rumah sendiri untuk meminta izin sekaligus menyampaikan maksud bahwa dia & orang tuanya akan datang melamar. menuju hari-H, pengin banget ada dekorasi kecil-kecilan di rumah biar ada background foto sebagai kenang-kenangan. tapi, sewa dekor ternyata lumayan juga ya.. jiwa rakyat jelata jadi bergejolak. akhirnya memutuskan buat dekor sendiri aja. cari-cari referensi foto & video. lalu beli kain, daun-daun imitasi, pita, lampu tumblr, dan hulahop. kainnya dijahit (disambung) ibu. hulahopnya aku hias pakai pita dan daun imitasi. lalu aku juga bikin inisial huruf pakai kardus dan kertas marmer. H-1, semua didekor di dinding, dibantu bapak & ibu. total biaya cuma 100 ribuan, nggak sampai 200 pokoknya..

malam hari H, aku sempat kirim pesan, minta dibawakan bunga. kenapa? pengin aja.. kapan lagi kan dapat bunga selain pas kelulusan? lalu kesannya romantis aja (halah πŸ˜„). terus, biar pas foto agak rame dikit karena ada bunga (dekorku kan nggak ada bunganya). ngerepotin banget memang, baru minta H-1.. tapi aku juga yakin kalau nggak minta tuh nggak bakal dibawain, haha.

pada akhirnya bunganya dibeli beneran, alhamdulillah dapat. bahkan meski dadakan dan malem-malem (mepet tutup), masih ada beberapa opsi rangkaian bunganya (gambarnya sempat difotoin biar aku bisa ikut milih).

alhamdulillah, semuanya lancar.. bunganya juga masih segar sampai besoknya. cantik, kan, aku & bunganya? πŸŒΊπŸŒΊπŸŒΊπŸ˜‚